WELCOME

WELCOME TO MY BLOG

Kamis, 04 November 2010

PENYUSUTAN OTAK

Sejak lama diketahui bahwa otak manusia mengalami degenerasi. Seiring bertambahnya umur, bukan hanya kebugaran tubuh yang berkurang tapi juga kemampuan berfikir. Banyak manula mengeluh menjadi pelupa atau menghadapi masalah pancaindera. Sejauh ini para pakar meyakini, bawa penurunan kemampuan fungsi otak mulai terjadi pada usia lanjut. Tapi penelitian terbaru menunjukkan, otak manusia sudah mengalami penyustan volume sejak usia 18 tahun. 

Penelitian yang dilakukan di Sekolah Tinggi Teknik Rhein-Westfalen-RWTH Aachen menunjukan, mulai usia 18 tahun, otak manusia sudah mengalami perubahan. Volume otak mulai berkurang pada usia remaja, yang yakni pada umur 18 tahun menurut undang-undang Jerman baru saja memasuki masa dewasa. Penelitian terhadap 51 relawan lelaki berusia antara 18 hingga 51 tahun menggunakan peralatan tomografi resonansi magnetik - MRT menunjukan fenomena tsb. 

Para ilmuwan memang secara terarah hanya meneliti relawan lelaki. Karena diketahui terdapat perbedaan struktur otak pada lelaki dan perempuan. Pada monitor komputer terlihat citra otak para relawan. Tim peneliti yang dipimpin ahli saraf Prof.Katrin Amunts memiliki sasaran, dengan memilih relawan yang jenis kelaminnya sama, dapat diperbandingkan kondisi otak pada setiap tingkatan umur. Penelitian yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknik RWTH Aachen bekerjasama dengan pusat riset ilmu pengetahuan Jülich, berhasil menemukan data terbaru yang menarik. 

Prof Katrin Amunts menjelaskan : "Kami untuk pertama kali dapat menunjukan, bahwa otak pada usia relatif muda antara 18 hingga 51 tahun sudah mengalami perubahan. Selama ini kami mengetahui, otak manula berusia antara 60 hingga 80 tahun yang mengalami perubahan. Juga kami mengetahui volume wilayah tertentu dalam otak menyusut. Yang terbaru dalam penelitian sekarang, volume otak itu sejak usia muda sudah berubah."
Dengan itu, para peneliti berhasil menemukan sebuah mata rantai yang masih hilang dalam penelitian otak. 

Penyebabnya, walaupun sejauh ini sudah banyak pengetahuan mengenai proses degenerasi otak manusia, namun belum diketahui bagaimana  perkembangan otak pada remaja yang baru meningkat dewasa.

Memang jumlah responden dalam penelitian itu tergolong relatif kecil. Akan tetapi hasil yang diperoleh sudah cukup signifikan untuk menutupi celah keilmuan di bidang penelitian otak manusia. Selama ini, penelitian penurunan fungsi otak lebih banyak difokuskan pada manusia berusia 60 ke atas. 

Pakar ilmu saraf dari RWTH Aachen, Prof. Katrin Amunts menjelaskan lebih lanjut : "Kami tentu saja sudah mengetahui, bahwa otak mengalami pertumbuhan dan perubahan besar di masa kanak-kanak dan remaja. Akan tetapi rentang waktu antara umur 20 hingga 60 tahun, sejauh ini relatif jarang diteliti. Karena itu tidak banyak diketahui, apakah otak pada saat pertumbuhan juga mengalami perubahan. Kami dapat menunjukkan, terjadinya perubahan volume otak dalam ukuran milimeter kubik yang dimulai pada usia masih muda."

Kesimpulan penelitian, otak berkurang volumenya sejak usia 18 tahun. Terutama sejumlah wilayah dalam otak yang menunjukan dengan tegas penyusutan volume itu. Pakar fisika Peter Pieperhoff bahkan dapat mengukur dengan akurat, bahwa otak manusia menyusut volumenya sekitar 0,2 persen setiap tahunnya.  
Pieperhoff menjelaskan lebih lanjut ; "Terlihat terutama kawasan otak kecil maupun kawasan yang disebut unsur putih yang mengalami penyusutan. Ini adalah kawasan yang penting bagi pengawasan gerakan khususnya gerak motorik halus. Jadi gerakan yang memerlukan pengendalian amat akurat."

Pertanyaan yang muncul adalah, berkaitan dengan penyusutan volume otak manusia sejak usia 18 itu, apakah kemampuannya juga terus menurun? Apakah berarti semua mahasiswa baru justru sedang memasuki masa penurunan fungsi berfikir?

Penyusutan volume otak, ternyata tidak berkaitan langsung dengan penurunan kemampuan kognitif maupun fungsi gerak motorik. Prof. Katrin Amunts menegaskan, penyusutan volume otak tidak otomatis berarti menurunnya kemampuan otak. Penjelasan yang paling logis adalah, otak semakin pintar sehingga tidak memerlukan jaringan otak sebanyak sebelumnya. Tapi semua aksioma itu tetap harus diteliti lagi, untuk membuktikan kebenarannya.

Dengan penelitian terbaru, juga diharapkan dapat diperoleh pengetahuan baru menyangkut penyakit otak. Sasaran jangka panjang dari para peneliti otak di sekolah tinggi teknik Aachen dan pusat riset ilmu pengetahuan Jüllich adalah, dapat mendeteksi dini penyakit degenerasi otak seperti Parkinson dan Alzheimer. Sebab penyakit menurun drastisnya kemampuan berfikir dan fungsi otak itu, tidak muncul hanya dalam semalam. Sejauh ini diketahui, sebelum gejala Alzheimer muncul ke permukaan, terdapat fase yang berlangsung sekitar 10 tahun, yang menunjukan perubahan drastis di dalam otak penderita. Namun orang sekitarnya tidak dapat melihat perubahan ini, karena kemampuan maupun perilaku penderita relatif tidak berubah.  

Prof Katrin Amunts menjelaskan : "Jika kita berusaha mencari terapi yang manjur, tentu saja kita harus berusaha sedini mungkin mengenali penyakit ini pada pasien bersangkutan. Untuk pembandingnya juga harus diketahui, bagaimana proses penuaan yang normal."

Untuk dapat menemukan data yang lebih akurat, Sekolah Tinggi Teknik Aachen dan pusat riset teknologi di Jüllich merencanakan penelitian lebih besar dengan 1.500 responden. 

Selama enam tahun lamanya para responden harus mengikuti rangkaian ujicoba. Penelitian jangka panjang dengan tomografi resonansi magnetik-MRT serta test neuro-psikologi dan analisis genetika, dapat menjamin diketahuinya perubahan sekecil apapun pada otak responden. Dengan itu, para peneliti mengharapkan mampu menegakkan diagnosa dan identifikasi secara dini orang-orang yang memiliki kecenderungan menderita penyakit degenerasi otak, seperti Alzheimer atau Parkinson. Dengan itu, metode pengobatannya secara lebih dini, juga dapat dikembangkan dengan lebih akurat.


PENANGGULANGAN

1. Olahraga
Aktivitas fisik yang menyehatkan dan dilakukan secara teratur seperti olahraga bukan hanya bermanfaat bagi orang sehat. Olahraga juga memberi dampak positif bagi penderita penyakit seperti Alzheimer. Pasien Alzheimer ringan yang lebih rajin melakukan kegiatan fisik terbukti memiliki otak lebih besar dibanding pasien Alzheimer yag kegiatan kebugaran fisiknya lebih rendah, demikian hasil riset para ahli di Amerika Serikat yang dimuat jurnal Neurology edisi 15 Juli.Untuk sampai pada kesimpulaan tersebut, peneliti melibatkan 121 orang berusia 60 tahun untuk menjalani tes kebugaran menggunakan treadmill. Partisipan juga menjalani pemeriksaan otak guna mengukur white matter, grey matter serta volume total otak. Di dalam otak manusia, gray matter berfungsi sebagai pusat pemroses/penganalisis informasi, sedangkan white matter bekerja menghubungkan pusat-pusat informasi/analisis.Dari seluruh partisipan, 57 di nya berada pada tahap awal penyakit Alzheimer, sedangkan sisanya tak mengalami kepikunan atau demensia."Pasien Alzheimer tahap awal yang secara fisik kurang bugar memilikipenyusutan otak empat kali lipat ketimbang mereka yang secara fisik bugar ketika keduanya diperbandingkan dengan lansia normal. Ini menunjukkan pada orang yag kebugarannya lebih tinggi penyusutan otak yang berkaitan dengan Alzheimer lebih sedikit," ungkap penulis riset Jeffrey Burns dari University of Kansas. Hasil pengukuran juga tidak berubah walaupun telah mengabaikan faktor usia, jenis kelamin, tingkat keparah demensia, kegiatan fisik dan kelemahan. Dengan penemuan ini, peneliti mengajurkan penderita Alzheimer tahap awal mungkin dapat memelihara fungsi otak mereka untuk masa lebih lama dengan berolahraga secara rutin. "Aktivitas ini berpotensi mengurangi jumlah kehilangan volume otak mereka. Bukti menunjukkan penurunan volume otak berkaitan dengan buruknya kemampuan kognitif. Oleh sebab itu, pemeliharaan volume otak yang lebih besar mungkin dapat ditafsirkan dengan kemampuan kognitif yang lebih baik," tandas Burns.

2. Vitamin B
Vitamin B dalam dosis tinggi mungkin mengurangi laju penyusutan otak pada orang tua yang menunjukkan gejala penyakit Alzheimer, kata riset terbaru. Hasil riset mengindikasikan vitamin B dosis tinggi mungkin mengurangi laju penyusutan otak hingga 50% pada orang tua dengan gejala penyakit tersebut.
Penyusutan otak merupakan salah satu gejala penurunan daya ingat ringan, yang sering menyebabkan dementia. Peneliti mengatakan ini mungkin menjadi langkah pertama ke arah penemuan cara menangguhkan mulai berkembangnya Alzheimer. Tim pakar mengatakan temuan ini penting, namun riset lanjutan diperlukan.
Penelitian, yang diterbitkan dalam Public Library of Science One, mencermati 168 orang tua yang mengalami tingkat penurunan mental yang dikenal sebagai mild cognitive impairment. Kondisi, yang ditandai dengan kehilangan daya ingat ringan dan masalah bahasa, di luar yang bisa dijelaskan dengan penuaan normal dan bisa menjadi gejala pendahuluan Alzheimer dan bentuk lain dementia.
Setengah dari relawan diberikan tablet harian yang mengandung kadar folate vitamin, B6 and B12 di atas dosis harian yang direkomendasikan. Setengah relawan lain diberi placebo. Setelah dua tahun, laju penyusutan otak diukur.
Rata-rata otak menyusut dengan laju 0,5% setelah usia 60. Otak orang yang mengalami penurunan daya kognitif ringan menyusut dua kali lebih cepat. Pasien Alzheimer mengalami penyusutan otak 2,5% per tahun.
Tim, dari Proyek Oxford untuk meneliti Ingatan dan Penuaan (Optima), mendapati pada orang-orang yang mengkonsumsi suplement vitamin, penyusutan otak rata-rata melambat lebih dari 50%, dan membuat atrofi otak mereka tidak lebih parah dari yang dialami orang yang tidak mengalami penurunan kognitif.
Vitamin B tertentu, seperti folic acid, vitamin B6 dan B12 - mengendalikan kadar zat yang dikenal sebagai homocysteine di dalam darah. Homocysteine terkait dengan penyusutan otak lebih cepat dan penyakit Alzheimer.
Penyusun laporan penelitian yakin dampak vitamin B pada kadar homocysteine yang membantu mengurangi laju penyusutan otak. Professor David Smith mengatakan hasil lebih signifikan daripada yang diperkirakan.
"Ini dampak yang lebih besar daripada yang diprediksi siapa pun. Vitamin-vitamin ini mungkin melakukan sesuatu terhadap struktur otak - mereka melindunginya, dan itu sangat penting, sebab kita perlu melindungi otak guna mencegah Alzheimer," ujarnya, yang dikutip "BBC".
Dia mengatakan riset lanjutan diperlukan untuk melihat apakah vitamin B dosis tingggi benar-benar mencegah perkembangan Alzheimers pada orang-orang yang mengalami mild ognitive impairment. The Alzheimer's Research Trust, yang ikut mendanai penelitian, juga meminta penyelidikan lebih lanjut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar